Membangun Ketahanan Informasi Daerah (1)

Kegiatan KIM BIJAK dalam seminar Membangun Ketahanan Informasi Daerah.

LCCK Tingkat BAKORWIL (2)

Peserta Lomba Cerdik Cermat Komutikatif Tingkat BAKORWIL bertujuan untuk meningkatkan peran KIM dalam proses pembangunan di wilayah kelurahan maupun pedesaan dengan penguasaan IT bagi anggotanya.

PERTURA (3)

Menggali budaya melalui ajang Pertunjukan Rakyat (PERTURA) Tingkat Jawa Timur.

OTONOMI AWARD 2016 (4)

Penghargaan Otonomi Award Kota Malang Tahun 2016 menuju Kota yang Ramah dan Bermartabat.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 74 (5)

Rangkaian Kegiatan Dalam Memperingati Hari Ulang Tahun kemerdekaan RI ke 74

Tampilkan postingan dengan label Lingkungan hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lingkungan hidup. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Agustus 2014

Kota Malang , kota layak huni dan layak investasi

"Selamat Ulang tahun AREMANIA yang ke 27" ..... patut lah kiranya disampaikan untuk komunitas kreatifnya Arek Malang.  

Pecel Kawi .... nostalgia kawasan
Sebagai Kota yang beranjak besar .... menuju kota Metropolis pantaslah Kota Malang berbenah dan menampilkan yang terbaik untuk warganya. Berbagai prestasi telah diraih, berbagai kreatifitas telah dibuat dan menjadi ikon kota dingin ini. Juga beragam investor telah ditancapkan oleh pemimpin dan seluruh stake holder Kota Malang agar menjadikan kota ini tidak hanya layak buat warganya, namun juga bagi pendatang dan wisatawan (TRIBINA CITA Kota Malang). Utamanya dalam harapan dapat menjadi kota inspiratif dalam rangka sumbangsih Kota Bermartabat menuju Indonesia yang Bermartabat pula. 
Kabar terbaru adalah Malang termasuk jajaran Kota Layak huni dan selayaknya pantas untuk investor lebih melebarkan sayapnya di Kota Dingin ini. Bukan saja akan menjadi contoh bagi kota lainnya, namun juga dapat meningkatkan daya saing warganya menuju warga terbaik di Bhuni AREMA.

bersantai di kedai bersama teman 
Balai kota Malang di malam hari

Just Negosiasi atau hanya kumpul bareng teman ....... kenangan yang tak terlupakan  



Share:

Jumat, 08 Agustus 2014

Meranggas . . . siapa yang bertanggung jawab

Memasuki bulan Agustus 2014, usai perayaan dan rasa syukur telah lulus dan berkah menjadi muslim yang merdeka pada Iedul Fitri 2014, cuaca serasa tidak bersahabat. Kalau pun warga Kota Malang asli pasti merasakan dinginnya udara ...... panasnya siang hari yang menyengat.
Namun disela-sela riah rouhnya euforia kemenangan tercorenglah perasaan kita. Dalam perjalanan ke kantor redaksi KIM, nampak berjejer pohon pusuk merah yang telah meranggas. Seolah menyatakan dirinya telah mati. 
Mati karena tidak terawat, enggan hidup karena tidak disiram. Lah terus salah siapa ?
Pohon pucuk merah dan pot tersebut didanai lewat Dana Hibah LPMK sejumlah lebih kurang 20 unit. Dalam kegiatan pelaksanaannya, juga di teruskan dengan peran serta PKK RW II Klayatan sebanyak kurang lebih 20 unit. Adapun penempatan pot dan bunga pucuk merah tersebut berada pada areal wilayah RW II, yaitu sepanjang Klayatan Gg III. Harapan program saat itu adalah mempu membuat suasana jalan sepanjang Klayatan Gg III cerah hijau dan mampu menyumbang oksigen bagi wlayah. Disamping itu dapat mempercantik jalan yang selalu ramai dipadati pemakai jalan, mengingat selain menjadi jalan pokok kegiatan ekonomi warga setempat juga menjadi jalur alternatif warga kelurahan Bakalankrajan dan Wagir. Bahkan dipakai juga jalan alternatif untuk warga di Kebon agung dan arah menuju Kelurahan Mulyorejo. 

Share:

Senin, 17 Maret 2014

Pohon Persahabatan



KIM BIJAK, Radio DUTA SWARA dan Ibu Yuli Harismawati dari Humas Pemkab Lumajang

Sebagai agenda program kerja KIM BIJAK tahun 2014, serta melengkapi keberadaan Kelompok Informasi Masyarakat Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Kota Malang yang ke 8 dan Radio Duta Swara FM yang ke 3, Sabtu (15/3) delegasi KIM BIJAK dengan Radio Duta Swara melancong ke Kabupaten Lumajang. Kunjungan ini atas undangan kawan-kawan agen informasi Kabupaten Lumajang guna melaksanakan aksi tanam pohon bersama masyarakat.
M Jaelani dan Ario Rachmono BS
Acara yang berlangsung di Pemandian Selokambang, Sabtu (15/3) berlangsung meriah. Dipandu oleh bagian Humas Pemkab Lumajang acara lounching product Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan YIC (why I see) atau Youth Information Centre berupa tanam pohon bersama Wakil Bupati Lumajang, melibatkan sedikitnya seratusan peserta. Pertemuan yang berthemakan INI POHONKU, menggabungkan beberapa elemen masyarakat peduli lingkungan ini –terutama generasi muda- serta melibatkan tak kurang dari 5 elemen kunci. Mulai dari Ketua SKPD dilingkup Pemkab Lumajang bersama Bapak Camat, Bagian Humas Pemkab Lumajang, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, JICA, kelompok Siswa Menengah Atas (SMA, SMK maupun MA) yang ada di Kota Lumajang serta pengunjung Pemandian Selokambang.
Pertemuan 2 (dua) komunitas KIM ini berlangsung hangat, penuh persahabatan, dan meriah. Meski tidak dikemas sebagai kunjungan banding namun keberadaan KIM BIJAK di Kabupaten Lumajang membawa arti persahabatan tersendiri. Hal ini ditampakkan dengan pemberian tempat istimewa pananaman pohon Saputangan (Maniltoa grandiflora Scheff.) di pulau, satu tempat istimewa di tengah danau yang berisi air yang bersumber dari mata air yang tiada habisnya.

Foto bareng Wabup Drs H As"at dan dr Buntaran Suprianto Sekda Kabupaten Lumajang.
Selain itu, pertemuan bak 2 sahabat pena yang berjauhan, menumbuhkan kerinduan tersendiri tentang agen informasi dan keberadaan Kelompok Informasi Mayarakat(KIM). Hal ini nampak dari perbincangan Ario Rachmono BS selaku Ketua KIM BIJAK dengan pengurus KIM SINAR HARAPAN maupun KIM KUNIR MAS yang terasa singkat karena harus berbarengan dengan prosesi  Wakil Bupati Lumajang. Bahkan Bapak Drs H As’at (Wabup Lumajang) serta dr Buntaran Suprianto (Bapak Sekda) menyampaikan terima kasih dan berharap kunjungan KIM BIJAK Kota Malang dapat mempererat persaudaraan dan membagi ilmu yang positip bagi keberlangsungan program dan sejawatnya (KIM di Kabupaten Lumajang).
Bagi KIM BIJAK dengan Radio Duta Swara kunjungan ini amat istimewa, walau tidak bisa dikatakan sebagai kado ulang tahun. Untuk itu disampaikan rasa terima kasih, utamanya untuk bapak Eddy Hozayni, Ibu Soekarmiati (bu Mamik) serta Ibu Yuli Harismawati dari Bagian Humas Pemkab. Juga kawan kawan baru dari KIM Sinar Harapan, yang LCCK Kabupaten Lumajang 2014 sudah berjejer sebagai Juara I, Mochamad Khoirul Anam (nDink) yang mengantar serta memandu kami dari mulai masuk Pronojiwo sampai lokasi.
Semangat buat rekan rekan KIM Kabupaten Lumajang yang punya gawe heboh, juga rekan rekan Taman Nastional Bromo Tengger Semeru, Mas Andy Gondrong dari JICA serta pemerhati anggrek Mas Oka yang bersama masyarakat mewujudkan LUMAJANG HEBAT.

Share:

Rabu, 26 Februari 2014

Hari sampah se dunia

Tahukah kita bahwa dalam bulan Februari kita mengalami hari paling penting dalam bidang lingkungan yaitu hari sampah se dunia. 
 Sampah adalah bagian hidup sehari hari. Dan aneka komentar tentang sampah juga mewarnai berbagai persoalan lingkungan, terutama di perkotaan. Beberapa kota sudah menemukan solusi, namun banyak yang masih berputar putar menggali potensi untuk penyelesaian. Mulai dari ide kreatif sampai dengan penyertaan pihak ke tiga. sebagaimana yang dilaksanakan pada Forum Sampah Internasional, Selasa 25/2 sampai Kamis 27/2 di Surabaya. 
Dalam rangkaian acara tersebut, Senin (24/2/2014), juga dilakukan deklarasi pengelolaan sampah oleh 22 kepala daerah se-Indonesia bersama para pelaku usaha, perwakilan lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian Pekerjaan Umum di Balai Kota Surabaya.
Namun tahukah kita beberapa hari dalam kalender kita adalah berkaitan dengan lingkungan.

No
Tanggal
Peringatan
1
I JANUARI
HARI DHARMA SAMUDERA
2
2 FEBRUARI
HARI LAHAN BASAH SEDUNIA
3
21 FEBRUARI
HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL
4
20 MARET
HARI KEHUTANAN SEDUNIA
5
22 MARET
HARI AIR SEDUNIA
6
27 MARET
HARI PELANGI
7
22 APRIL
HARI BUMI
8
31 MEI
HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA
9
05 JUNI
HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA
10
17 JUNI
HARI MEMERANGI PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKERINGAN SEDUNIA
11
16 SEPTEMBER
HARI OZON INTERNASIONAL
12
22 SEPTEMBER
HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR
13
06 OKTOBER
HARI HABITAT SEDUNIA
14
05 NOVEMBER
HARI CINTA PUSPA DAN SATWA NASIONAL
15
21 NOVEMBER
HARI POHON
16
02 DESEMBER
HARI KONSERVASI IKAN PAUS
17
29 DESEMBER
HARI KEANEKARAGAMAN HAYATI


Share:

Rabu, 05 Juni 2013

Rabu, 15 Mei 2013

Makan Serangga biar kurus

Bila Anda gendut, janganlah gundah. Makanlah serangga niscaya berat tubuh Anda akan sempurna. Setidaknya itulah bagian dari kesimpulan penelitian PBB yang dilansir pada Senin, 13 Mei 2013.

Sebuah hasil penelitian yang digalang lembaga PBB menyebutkan, keuntungan yang dapat diraih bila mengkonsumsi serangga adalah mengatasi masalah kegemukan dan memerangi rasa lapar.

Menurut PBB, lebih dari 1.900 spesies serangga dimakan oleh penduduk bumi di seluruh dunia, terutama Afrika dan Asia. Namun masyarakat di Barat lebih suka memakan belalang, rayap, atau binatang renyah lainnya.

Hasil riset yang diterbitkan pada Senin, 13 Mei 2013, oleh Departemen Kehutanan, lembaga yang bernaung di bawah Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, menyatakan, banyak serangga yang memiliki kandungan protein dan mineral, seperti daging serta lemak, yang menyehatkan sehingga sejumlah dokter merekomendasikannya untuk diet.

Koresponden Al Jazeera, Jessica Baldwin, melaporkan dari London, jangan khawatir akan keseimbangan alam atau kekurangan serangga untuk dikonsumsi. Sebab, di planet ini terdapat setidaknya 1.900 spesies serangga sehingga setiap manusia dapat menyantap hingga 40 ton serangga.

Eva Muller dari FAO mengatakan, sejumlah rumah makan di Eropa mulai menawarkan serangga sebagai salah satu menu dengan sajian eksotik.

Tingkat kegemukan di dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan, saat ini meningkat dua kali lipat sejak 1980 atau mencapai angka 500 juta orang. Oleh sebab itu, mengkonsumsi serangga diharapkan bisa mengatasi masalah kegemukan dengan biaya rendah.

Serangga dapat pula membuka peluang bisnis dan ekspor bagi warga miskin di negara-negara sedang berkembang, khususnya untuk kaum perempuan yang kerap mengumpulkan binatang ini di daerah pedesaan.


diambil dari tempo.com
Share:

Sabtu, 09 Maret 2013

Sanitasi Berbasis Komunal


Urusan tinja bisa menjadi sangat kompleks. Bagi kebanyakan orang, tinja masih dianggap sebagai sisa/kotoran yang tidak berguna. Mengandung penyakit dan permasalahan besar lain. Namun tinja juga bisa berguna bagi manusia jika diolah dengan tepat.
Kebanyakan orang menganggap urusan pengelolahan tinja sudah beres ketika tiap rumah memiliki jamban yang terhubung dengan septic tank. Namun, permasalahan pengelolaan tinja tidak semudah itu dituntaskan oleh sistem septic tank individu macam ini. Kondisi permukiman padat penduduk di kota besar, seperti Surabaya dan Malang, membutuhkan solusi yang lebih dari sekadar septic tank di setiap rumah.
Model jamban tiap rumah pun beragam. Ada yang hanya menyerupai cubluk/plengsengan karena tinja dibuang langsung ke sungai/selokan. Ada yang tidak melakukan pengerasan pada dasar tangki, Ada yang dindingnya terbuat dari batu bata tanpa plesteran. Ada yang ukuran sangat kecil sehingga cepat penuh dan luber. Ada yang pipa resapannya tidak lagi berfungsi. Sedangkan pada masyarakat dengan penghasilan sangat rendah, pembuatanseptic tank bukanlah prioritas utama yang harus dilakukan.
Tingkat ekonomi setiap keluarga juga sedikit-banyak berpengaruh pada kualitas septic tank. Namun rupanya kondisi jamban yang tidak sesuai standar ini tidak hanya ditemui di permukiman kumuh, tapi juga di kawasan permukiman elite. Sehingga kondisi jamban lebih dipengaruhi oleh tingkat kesadaran seseorang tentang pentingnya sanitasi bagi keluarganya.
Data Bappenas (2006) menyebutkan, lebih dari 60% permukiman di perkotaan di Indonesia memiliki sumur danseptic tank yang jaraknya tidak lebih dari 10 meter. Padatnya permukiman membuat letak septic tank pada sebuah rumah ternyata berhimpitan dengan sumur rumah tetangganya. Kondisi seperti ini hanya semakin memperburuk kualitas air tanah yang dikonsumsi oleh manusia di sebuah wilayah akibat tercemar oleh tinja. Padahal beberapa penyakit menyebar melalui tinja. Antara lain: tifus, kolera, hepatitis A, polio dan diare.
Standar Nasional Indonesia (SNI) hanya menyebutkan tentang standar konstruksi septic tank. Belum ada regulasi yang membatasi jumlah septic tank per satuan luas kawasan. Karenanya, dengan adanya ketentuan tiap rumah wajib memiliki septic tank-nya sendiri, bisa dibayangkan berapa banyak jumlah septic tank di suatu permukiman padat penduduk. Tidak hanya banyak, tapi juga saling berdekatan satu-sama-lain.
Dari sini kita melihat ada permasalahan serius dari sistem pengelolaan tinja berbasis individual yang sudah kadung dikenal dan diterapkan masyarakat.
Hindarko (2003) menyebutkan bahwa sebenarnya ada dua macam sistem saluran pembuangan. Pertama, pengolahan secara individu di masing-masing rumah (on site). Sistem ini yang sekarang digunakan di kebanyakan permukiman di Indonesia. Yaitu dengan membuat septic tank yang difungsikan untuk mengolah limbah tinja dari WC. Contoh dari sistem ini sudah diungkap pada bagian awal tulisan ini.
Sistem yang lain adalah pengolahan limbah secara kolektif (off-site). Sistem ini belum banyak digunakan. Salah satu wujud sanitasi berbasis komunal adalah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Di mana limbah cair dari rumah-rumah disalurkan menjadi satu di IPAL. Di Kota Malang, sudah ada tiga kelurahan yang menggunakan sistem ini, yaitu di Kelurahan Mergosono, Kelurahan Ciptomulyo dan Kelurahan Tlogomas.
Teknologi IPAL menggunakan pengelolaan secara hayati. Ada proses kimiawi, biologis dan fisik yang dialami limbah cair dari rumah-rumah ketika masuk IPAL. Pada akhir proses pengolahan, air yang keluar sudah memenuhi standar baku mutu untuk dikembalikan ke alam (tanah/sungai).
Teknologi pengelolaan tinja kian hari kian berkembang. Kini, sistem ini bukan hanya digunakan untuk mengolah air limbah agar tidak lagi mengancam air tanah, tapi juga digunakan untuk mengolah tinja dan urine menjadi sumber energi alternatif ramah lingkungan, yaitu biogas.
Pengadaan energi biogas dari limbah domestik ini sudah terbukti di beberapa daerah. Salah satunya adalah di sebuah peternakan sapi di Kota Batu. Komunitas peternak sapi mengolah kotoran sapi dan rumah tangganya dalam sanitasi komunal. Dari situ, dihasilkan energi biogas yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari warga. Dampaknya, mereka tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli minyak tanah ataupun mencari kayu bakar di hutan. Sistem sanitasi berbasis komunal ternyata menjadi sebuah solusi praktis bukan hanya pada kawasan permukiman padat penduduk.
IPAL KOMUNAL TA 2012 oleh  Dinas Kebersihan Kota Malang
Lokasi RT.004RW VI Kel Bandungrejosari
Selesai Pengerajaan Desember 2012  
Hanya saja, memang di daerah perkotaan sistem komunal yang mengarah pada pengadaan biogas masih jarang ditemukan. Permasalahan yang harus dihadapi adalah pada ketersediaan lahan di kawasan permukiman padat penduduk di perkotaan.
Permasalahan lahan demi sanitasi berbasis kolektif patut menjadi perhatian serius. Di kota besar, khususnya di permukiman padat penduduk tidak lagi dapat kita temui lahan yang cukup luas yang ‘rela’ digali dan dibangun suatu septic tank raksasa. Merelokasi rumah penduduk juga bukan sebuah solusi yang tepat.
Kondisi keterbatasan lahan ini ditambah dengan model perencanaan perkotaan di Indonesia yang masih acak-adut. Di pinggir-pinggir jalan yang ada di perkotaan terpendam berbagai macam jaringan infrastruktur, seperti telepon, air bersih, gas dan selokan air. Bisa dibayangkan ketika jaringan infrastruktur itu masih harus ditambah dengan pipa-pipa yang menghubungkan jamban di tiap-tiap rumah menuju ke IPAL.
Dari paparan singkat di atas terlihat bahwa sanitasi berbasis individu sudah tidak lagi efektif. Dan solusi yang tersisa adalah sanitasi berbasis komunal. Sistem ini merupakan solusi praktis bagi permasalahan pengelolaan tinja yang efektif. Namun permasalahan tidak serta-merta berakhir ketika berdiri sebuah sistem pengelolaan limbah kolektif di suatu lokasi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat juga menjadi salah satu faktor yang tak kalah penting dibanding pembangunan infrastruktur sanitasi berbasis komunal.
Apakah ada jaminan perubahan perilaku masyarakat ketika infrastruktur itu sudah tersedia? Apakah mereka tidak lagi melakukan aktivitas MCK di sungai? Mengingat sungai adalah ruang publik tempat warga berkumpul dan bertukar informasi setiap hari.
Diambil dari artikel dengan judul sama By Nino di http://kerangalam.wordpress.com
Share:

Pengunjung

Hallo Bandungrejosari

Hippam News

Kalimat BIJAK

Untuk sukses, Anda harus menemukan sesuatu sebagai pegangan, sesuatu untuk memotivasi Anda, sesuatu untuk menginspirasi Anda.

Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan, Anda akan sukses.

Definition List

3R
3R singkatan dari reuse, reduce, dan recycle.
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Recycle berarti mengolah kembali (mendaur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.

ADINDA
Adinda singkatan dari :
Akses informasi
Diskusi
Implementasi
Networkling
Diseminasi informasi
Aspirasi


Pengikut

Theme Support