Membangun Ketahanan Informasi Daerah (1)

Kegiatan KIM BIJAK dalam seminar Membangun Ketahanan Informasi Daerah.

LCCK Tingkat BAKORWIL (2)

Peserta Lomba Cerdik Cermat Komutikatif Tingkat BAKORWIL bertujuan untuk meningkatkan peran KIM dalam proses pembangunan di wilayah kelurahan maupun pedesaan dengan penguasaan IT bagi anggotanya.

PERTURA (3)

Menggali budaya melalui ajang Pertunjukan Rakyat (PERTURA) Tingkat Jawa Timur.

OTONOMI AWARD 2016 (4)

Penghargaan Otonomi Award Kota Malang Tahun 2016 menuju Kota yang Ramah dan Bermartabat.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 74 (5)

Rangkaian Kegiatan Dalam Memperingati Hari Ulang Tahun kemerdekaan RI ke 74

Tampilkan postingan dengan label Kelompok Informasi Masyarakat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kelompok Informasi Masyarakat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Agustus 2014

Inovasi tiada henti

Ir Bambang Nugroho MT
Kabid SKDI 
Setelah meluncurkan program kerjasama dengan media elektronik Malang TV dalam SELAYANG PANDANG BERSAMA KIM , menghidupkan kembali SENI PERTUNJUKAN RAKYAT (PERTURA) SAMBIWARA, menciptakan lagu Tribina Cita Kota Malang, maka Bidang SKDI Kominfo Kota Malang membuat gebrakan baru yakni Dinding Kota Kelompok Informasi Masyarakat. 
Menjadi Kepala Bidang SKDI (Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi) pada Dinas Kominfo Kota Malang, Ir Bambang Nugroho MT sudah membuat banyak inovasi. Menggebrak awal tahun dengan Revitalisasi Forum KIM (yang sudah diinisiasikan dan dikukuhkan kelembagaannya oleh Menkominfo RI tahun 2013), beliau langsung menggebrak dengan mengubah paradigma KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) melalui pendekatan Potensi Kelurahan. Dan tidak tanggung tanggung dimulai dari Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru dengan terbentuknya KIM Tlogomas
Tampilan Layar Kaca Program KIM bersama Malang TV
Kelurahan Tlogomas, yang juga tempat kediaman Walikota Malang HM Anton ini, langsung dipola dan disinergikan dengan semua elemen dan potensi Kelurahannya. Mulai kelompok masyarakat potensial (Karang Taruna PKK dan Lembaga Kemasyarakatan/LK yang di dalamnya ada RW BKM serta LPMK) dipadu dengan sisi Pemerintahan (Lurah dan staffnya) dan stake holder Kelurahan ( Universitas Kanjuruhan , Radio Andalus serta Ponpes Bahrul Maghfiroh) dipandu untuk menyatukan informasinya dan ditampilkan lewat kelembagaan KIM Tlogomas. Hal ini tentu membuat kegemparan tersendiri, mengingat mengelola informasi dalam kelembagaan masyarakt awam adalah tidak mudah. 
Namun keberhasilan beliau yang dibantu staff SKDI (Joko Poernomo, Yono SH dan Dra Lies Krisnani) langsung membuahkan hasil dengan terpilihnya Kelurahan Tlogomas menjadi Kelurahan Teladan Tingkat Nasional 2014 bersama 5 Kelurahan lain di Indonesia. 
Pengurus Forum KIM Kota Malang 2014-2017
Gebrakan ini kemudian diteruskan dengan Seminar tentang KIM dan sarasehan Forum KIM Kota Malang membuahkan ide untuk membentuk dinding kota informasi KIM Kota Malang, yaitu dengan mengintegrasikan warta dan kegiatan yang booming serta bermanfaat bagi masyarakat Kota Malang. Demikian diungkapkan oleh Febri, salah seorang staf SKDI di Rabu siang (20/8). Ia menuturkan juga bahwa meskipun belum dirilis ke publik, namun inisiatif beliau dan operasionalnya ditangani bersama staf merupakan buah pikir yang inovatif dan mengangkat pola kreatifitas media. Dan boleh diacungi jempol, jujur saja, mengingat pola serupa pernah dilontarkan dalam Sarasehan Forum KIM Kota Malang. Namun sampai saat ini masih belum terwujud. 
Belum bisa diminta informasi lanjutannya, mengingat beliau sedang berkegiatan di salah satu tempat pertemuan di tengah Kota. Dan harapan yang tersimpan dalam ide ini pastilah untuk mendampingi terwujudnya Masyarakat Sadar Informasi dalam rangka terwujudnya Malang Bermartabat, yaitu visi Walikota terpilih H Moch Anton dan seluruh jajaran SKPD di Kota Malang. 
Tampilan blog kimkotamalang
Guna melengkapi keberhasilan beliau, besok Kamis (22/8) akan dilaksanakan Sarasehan dengan Media cetak dan elektronik, dengan mengangkat thema Kemitraan. Kita dukung bersama, dan harapan ke depan KIM yang terbangun di 10 Kelurahan ini dapat mewujudkan keberhasilan beliau lewat aktivitas keseharian di 10 Kelurahan. Dan gagasan, ide dan proses inovasi kreatif ini semoga bisa didukung oleh 47 Kelurahan yang ada di Kota Malang. 
Ibu Niken dari KEMEN KOMINFO saat monev di Radio Duta Swara, media informasi KIM BIJAK 2014



Share:

Sabtu, 09 Agustus 2014

Anak Desa sudah membuat 900 LKM

Ario Rachmono BS
Penggiat KIM Kota Malang
Banyak orang berpikir kreatif ketika berhadapan dengan masalah. Berangkat dari kesulitan mencari modal untuk memperluas kebun ubi jalar di kampungnya, di Baso, Agam, Sumatera Barat (Sumbar), Masril Koto bertekad membuat bank petani.
Bank inilah yang kemudian mengantarkan pria asli Minang itu memenangi berbagai penghargaan sebagai social entrepreneur. Dengan semangat dan ketekunan, Masril membangun lebih dari 900 bank petani berbentuk lembaga keuangan mikro-agribisnis (LKMA) di seluruh Indonesia. Sistem bank ini juga diadopsi oleh pemerintah dan menjadi cikal bakal Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Nasional.
Seperti sebagian pria Minang lain, Masril muda merantau ke Jakarta pada 1994. Seorang teman ibunya mengajak Masril, saat itu buruh di Pasar Padang Luar, Bukittinggi, membantunya di usaha percetakan di Jakarta. Tak cuma memproduksi kantong, karena lokasinya dekat dengan kampus Trisakti di Cempaka Putih, pemilik percetakan juga berbisnis jasa fotokopi.
Masril yang hanya tamat kelas 4 SD ini ikut membaca materi-materi kuliah. Pria kelahiran 13 Mei 1974 ini juga belajar berorganisasi dari para mahasiswa. Tempat Masril bekerja menjadi tempat berkumpul para perantau asal Sumbar. "Di Jakarta, saya belajar berorganisasi," ujar Masril.
Setelah empat tahun di Ibu Kota, Masril pulang ke Agam. "Saya tidak tahan melihat kekerasan yang terjadi di saat krisis," kenang Masril.
Setibanya di kampung, dia terkejut mendapati pemuda di kampungnya mulai terkotak-kotak. Ada kelompok perantau dan pemuda yang belum pernah merantau. Melihat kondisi itu, Masril merangkul para remaja untuk bergotong royong membangun lapangan basket. Lapangan ini yang akhirnya menjadi tempat berkumpul para pemuda di kampung Masril. Di situ pula terbentuk organisasi kepemudaan Karang Taruna di kampungnya, Banu Hampu.
Supaya bisa mendanai berbagai kegiatan organisasi, Masril berinisiatif membangun ruko di tanah desa yang akan menjadi milik para pemuda. "Kebetulan ada jalan baru di depan ruko," tutur Masril. 
Untuk membangun enam ruko, Masril berutang ke toko bangunan. Selama dua tahun, uang sewa dari lima ruko dibayarkan ke toko bahan bangunan. Sementara, uang sewa satu ruko sisanya menjadi milik organisasi pemuda di sana yang akhirnya berkembang menjadi Yayasan Amai Setia.

Diundang Bank Indonesia
Masril menikah dengan Ade Suryani yang berasal dari kecamatan berbeda di Agam. Masril mengikuti keluarga istrinya di Nagari Koto Tinggi, Baso. Kembali, Masril menemui berbagai masalah. Satu yang paling mencuri perhatiannya adalah masalah modal memperluas kebun.
Setelah melalui serangkaian diskusi, baik dengan petani maupun instansi pemerintahan terkait, para petani ubi jalar di Baso ingin adanya sebuah bank petani. Masril kembali tampil. "Saya merasa punya talenta berorganisasi," kata dia. 
Demi merintis bank petani, Masril keluar masuk bank di Padang. Ia menanyakan cara-cara mendirikan bank, tetapi ia tak pernah mendapat jawaban memuaskan. "Sepertinya kami tak mungkin membuat bank sendiri," ujar dia.
Tak patah semangat, Masril terus berkonsultasi dengan Dinas Pertanian di kabupatennya. Hingga suatu ketika, ada sebuah pelatihan akuntansi yang diselenggarakan untuk kelompok tani tersebut. Masril pun mendapat kesempatan berkenalan dengan pegawai Bank Indonesia (BI). Merasa bertemu orang yang tepat, dia bertanya segala sesuatu tentang seluk-beluk pendirian bank. Masril pun diundang datang ke kantor BI. 
Masril Koto
"Sekitar 2005, saya baru datang ke BI. Pengalaman pertama saya datang ke gedung perkantoran di kota," ujar dia.
Berbekal penjelasan dari BI, Masril dan para petani segera menyusun rencana membuat bank petani. Dia mengumpulkan modal dari para petani, dengan cara menjual saham, senilai Rp 100.000 per saham. Dari 200 petani di Baso, terkumpul modal Rp 15 juta. Setelah empat tahun melewati perjuangan melelahkan, baru pada awal 2006, bank yang dikelola lima pengurus ini mulai beroperasi. Masril pun ditunjuk sebagai ketua.
Dalam hitungan hari, seluruh modal terserap habis menjadi kredit. Masril kembali bingung karena tak ada uang yang mengendap. Dari situ, dia lantas berpikir perlunya iuran pokok bagi nasabah yang dibayar setahun sekali untuk biaya operasional. Masril juga membuat beberapa produk tabungan, sesuai dengan kebutuhan petani, seperti tabungan pupuk. Oh, iya, agar meyakinkan, Masril yang paham produk percetakan membuat saham dan buku-buku tabungan dan catatan kredit seperti bank pada umumnya.
Keberhasilan bank petani ini segera tersebar luas. Banyak organisasi masyarakat datang ke bank petani ini untuk melakukan studi banding. Bahkan, dalam kunjungannya meninjau gempa di Padang pada 2007, beberapa menteri mampir ke bank petani yang kemudian berubah nama menjadi LKM Prima Tani ini.
Sayang, lantaran tak lagi sepaham dengan visi yang diemban para pengurus LKM, Masril keluar pada 2009. Saat itu aset sudah mencapai Rp 150 juta. "Saya ingin menularkan keberhasilan ini untuk petani lainnya," tutur dia.
Mulailah Masril berjuang seorang diri menjadi relawan. Ditemani sepeda motor kesayangan, dia memperkenalkan konsep LKM agribisnis ini ke kelompok-kelompok petani di Sumatera Barat, tanpa bayaran sepeser pun. "Mereka hanya mengisi bahan bakar sepeda motor saya," kata Masril. 
Pada 2010, seorang warga Jepang menemuinya dan meminta Masril membantu membuat LKM agribisnis untuk 2.000 petani di Sumbar. Ini merupakan pencapaian besar karena rata-rata kelompok tani yang ia kelola hanya setingkat desa, terdiri dari 200 petani. Namanya pun kian berkibar sebagai pencetus bank petani. 
Tak berhenti di Sumbar, Masril juga menularkan konsep bank petani ini ke seluruh daerah di Indonesia. "Saya ingin mengajak petani berdaulat secara pangan dan ekonomi di desanya," katanya. 
Kini, ada sekitar 900 LMK yang telah dibentuk Masril, dengan aset mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 4 miliar per LMK. Dia menaksir, total kelolaan dana LKMA secara keseluruhan mencapai Rp 90 miliar dengan 1.500 tenaga kerja yang merupakan anak petani.
Masril yang kini sering tampil sebagai pembicara, sebagai wakil BI atau dosen undangan di berbagai universitas, menargetkan 1.000 LKMA pada 2016. Dia menitikberatkan pendirian LKMA di Indonesia Timur, khususnya daerah yang belum terjamah institusi keuangan.
Semoga ini dapat menginspirasi seluruh kader pemberdayaan masyarakat dan seluruh komponen PNPM Mandir Perkotaan, Komunitas BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) serta LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) 
       
Share:

Rabu, 06 Agustus 2014

Buah Kratifitas Anak Muda . . . .

Siang panas .... namun sejuk .... terpikir acara komunitas Pertemuan Forum KIM Jawa Timur. Sambil berkomunikasi dengan rekan rekan satu alumni di SMP 2 Kota Malang yang habis reuni Santu 02/08 kemarin, sampai-sampai tak terasa waktu menjelang makan siang. Iseng buka kabar kabari di face book ketemualah satu cerita nyata ... yach terasa biasa membacanya. Namun dari pengalaman keliling kampung dan sambang kelurahana di Kota Malang, sebenarnya banyak cerita motivasi semacam ini. 
Anak muda yang mengembangkan potensi, menularkan ide, bahkan berinovasi untuk mengupayakan satu langkah untuk negerinya, dengan memanfaatkan internet. Simak baik-baik dan hayati .....

SUASANA ruang tamu di rumah Arfi’an Fuadi, 28, di Jalan Canden, Salatiga, Jawa Tengah, masih dipenuhi nuansa Idul Fitri. Jajanan Lebaran seperti kacang, nastar, dan kue kering memenuhi meja untuk menjamu tamu yang berkunjung.
Di sebelah ruang tamu terdapat ruangan yang lebih kecil. Di dalamnya ada tiga unit komputer. Rupanya, di ruangan kecil itulah Arfi –panggilan Arfi’an Fuadi– bersama sang adik M. Arie Kurniawan dan dua karyawannya mengeksekusi order design engineering dari berbagai negara.
Kiprah dua bersaudara itu di dunia rancang teknik internasional tak perlu diragukan lagi. Tahun lalu Arie memenangi kompetisi tiga dimensi (3D) design engineering untuk jet engine bracket (penggantung mesin jet pesawat) yang diselenggarakan General Electric (GE) Amerika Serikat. Arie mengalahkan sekitar 700 peserta dari 56 negara.
”Lomba ini membuat alat penggantung mesin jet seringan mungkin dengan tetap mempertahankan kekuatan angkut mesin jet seberat 9.500 pon. Saya berhasil mengurangi berat dari 2 kilogram lebih menjadi 327 gram saja. Berkurang 84 persen bobotnya,” ungkap Arie ketika ditemui di rumah kakaknya, Senin (4/8).
Yang membanggakan, Arie mengalahkan para pakar design engineering yang tingkat pendidikannya jauh di atas dirinya.
Misalnya, juara kedua diraih seorang PhD dari Swedia yang bekerja di Swedish Air Force. Sedangkan yang nomor tiga lulusan Oxford University yang kini bekerja di Airbus. ”Padahal, saya hanya lulusan SMK Teknik Mekanik Otomotif,” jelas Arie.
Sekilas memang tak masuk akal. Bagaimana bisa seorang lulusan SMK yang belum pernah mendapatkan materi pendidikan CAD (computer aided design) mampu mengalahkan doktor dan mahasiswa S-3 yang bekerja di perusahaan pembuat pesawat? CAD adalah program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk.
Rupanya, ilmu utak-atik desain teknik itu diperoleh dan didalami Arie dan kakaknya, Arfi, secara otodidak. Hampir setiap hari keduanya melakukan berbagai percobaan menggunakan program di komputernya. Mereka juga belajar dari referensi-referensi yang berserak di berbagai situs tentang design engineering.
”Terus terang dulu komputer saja kami tidak punya. Kami harus belajar komputer di rumah saudara. Lama-lama kami jadi menguasai. Bahkan, para tetangga yang mau beli komputer, sampai kami yang disuruh ke toko untuk memilihkan,” kenang Arfi.
Sebelum menjadi profesional di bidang desain teknik, dua putra keluarga A. Sya’roni itu ternyata harus banting tulang bekerja serabutan membantu ekonomi keluarga. Arfi yang lulusan SMK Negeri 7 Semarang pada 2005 pernah bekerja sebagai tukang cetak foto, di bengkel sepeda motor, sampai jualan susu keliling kampung.
Sang adik juga tak jauh berbeda, jadi tukang menurunkan pasir dari truk sampai tukang cuci motor. ”Kami menyadari, penghasilan orang tua kami pas-pasan. Mau tidak mau kami harus bekerja apa saja asal halal,” tutur Arfi.
Baru pada 2009 Arfi bisa menyalurkan bakat dan minatnya di bidang program komputer. Pada 9 Desember tahun itu dia memberanikan diri mendirikan perusahaan di bidang design engineering. Namanya D-Tech Engineering Salatiga. Saksi bisu pendirian perusahaan tersebut adalah komputer AMD 3000+. Komputer itu dibeli dari uang urunan keluarga dan gaji Arfi saat masih bekerja di PT Pos Indonesia.
”Gaji saya waktu itu sekitar Rp 700 ribu sebagai penjaga malam kantor pos. Lalu ada sisa uang beasiswa adik dan dibantu bapak, jadilah saya bisa membeli komputer ini,” kenangnya.
Setelah berdiskusi dengan sang adik, Arfi pun menetapkan bidang 3D design engineering sebagai fokus garapan mereka. Sebab, dia yakin bidang itu booming dalam beberapa tahun ke depan. ”Kami pun langsung belajar secara otodidak aplikasi CAD, perhitungan material dengan FEA (finite element analysis), dan lain-lain,” jelasnya.
Tak lama kemudian, D-Tech menerima order pertama. Setelah mencari di situs freelance, mereka mendapat pesanan desain jarum untuk alat ukur dari pengusaha Jerman. Si pengusaha bersedia membayar USD 10 per set. Sedangkan Arfi hanya mampu mengerjakan desain tiga set jarum selama dua minggu.
”Kalau sekarang mungkin bisa sepuluh menit jadi. Dulu memang lama karena kalau mau download atau kirim e-mail harus ke warnet dulu. Modem kami dulu hanya punya kecepatan 2 kbps. Hanya bisa untuk lihat e-mail.”
Di luar dugaan, garapan D-Tech menuai apresiasi dari si pemesan. Sampai-sampai si pemesan bersedia menambah USD 5 dari kesepakatan harga awal. ”Kami sangat senang mendapat apresiasi seperti itu. Dan itulah yang memotivasi kami untuk terus maju dan berkembang,” tegas Arfi.
Sejak itu order terus mengalir tak pernah sepi. Model desain yang dipesan pun makin beragam. Mulai kandang sapi yang dirakit tanpa paku yang dipesan orang Selandia Baru sampai desain pesawat penyebar pupuk yang dipesan perusahaan Amerika Serikat.
”Pernah ada yang minta desain mobil lama GT40 dengan handling yang sama. Untuk proyek itu, si pemilik sampai harus membongkar komponen mobilnya dan difoto satu-satu untuk kami teliti. Jadi, kami yang menentukan mesin yang harus dibeli, sasisnya model bagaimana dan seterusnya. Hasilnya, kata si pemesan, 95 persen mirip,” jelasnya.
Selama lima tahun ini, D-Tech telah mengerjakan sedikitnya 150 proyek desain. Tentu saja hasil finansial yang diperoleh pun signifikan. Mereka bisa membangun rumah orang tuanya serta membeli mobil. Tapi, di sisi lain, capaian yang cukup mencolok itu sempat mengundang cibiran dan tanda tanya para tetangga.
”Kami dicurigai memelihara tuyul. Soalnya, pekerjaannya tidak jelas, hanya di rumah, tapi kok bisa menghasilkan uang banyak. Mereka tidak tahu pekerjaan dan prestasi yang kami peroleh,” cerita Arfi seraya tertawa.
Sayangnya, dari 150 proyek itu, hanya satu yang dipesan klien dalam negeri. ”Satu-satunya klien Indonesia adalah dari sebuah perusahaan cat. Mereka beberapa kali memesan desain mesin pencampur cat,” lanjutnya.
Meski punya segudang pengalaman dan diakui berbagai perusahaan internasional, Arfi dan Arie masih belum bisa berkiprah di desain teknik Indonesia. Penyebabnya, mereka hanya berijazah SMK.
”Kalau ditanya apakah tidak ingin membantu perusahaan nasional, kami tentu mau. Tapi, apakah mereka mau? Di Indonesia kan yang ditanya pertama kali lulusan apa dan dari universitas mana,” ujarnya.
Stigma ”hanya berijazah SMK” ditambah sistem pendidikan Indonesia yang dinilai kurang adil itulah yang ikut mengandaskan keinginan Arie melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Arie tidak bisa masuk jurusan itu karena hanya lulusan SMK mekanik otomotif.
”Saya ingin kuliah di jurusan itu karena ingin memperdalam ilmu elektro. Kalau mesin saya bisa belajar sendiri. Tapi, saya ditolak karena kata pihak Undip jurusannya tidak sesuai dengan ijazah saya. Padahal, lulusan SMA yang sebenarnya juga tidak sesuai diterima. Ini kan tidak adil namanya,” cetus Arie.
Meski ditolak, Arie tidak kecewa. Bersama sang kakak, dia tetap ingin menunjukkan prestasi yang mengharumkan nama bangsa. Dan itu telah dibuktikan dengan menjuarai kompetisi design engineering di Amerika yang diikuti para ahli dari berbagai negara. Selain itu, mereka tak segan-segan menularkan ilmunya kepada anak-anak muda agar melek teknologi 3D design engineering.
”Ada beberapa anak SMK yang datang ke kami untuk belajar. Sekarang ada yang sudah kerja di bidang itu. Ada juga yang bakal ikut kompetisi Asian Skills Competition sebagai peserta termuda,” jelasnya.
Mereka juga punya keinginan mengembangkan teknologi energi terbarukan. Salah satunya dengan mengembangkan desain pembangkit listrik tenaga angin.
”Kami bekerja sama dengan anak-anak SMK untuk mengembangkan biodiesel dari minyak jelantah. Lalu, Mas Ricky Elson (pembuat mobil listrik yang dibawa Dahlan Iskan dari Jepang, Red) pernah menghubungi lewat Facebook, ingin menjalin kerja sama dengan kami. Tentu saja kami terima,” ungkapnya.
Dengan semua upaya itu, mereka punya satu impian, yakni mengembangkan sumber daya lokal Salatiga untuk menjadikan kota kecil itu pusat pengembangan manufaktur teknologi kelas dunia. Layaknya Silicon Valley di San Francisco, Amerika Serikat.
”Kami ingin membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi pusat industri manufaktur dunia. Terlebih lagi, teknologi 3D printing bakal menjadi tulang punggung industri masa depan. Itulah kenapa 3D design engineering sangat penting,” tandasnya.

Seperti ditulis oleh M. Salsabyl Ad’n, Salatiga

Share:

Selasa, 29 Juli 2014

Mahalnya Informasi

Momentum Lebaran dan arus mudik tidak lepas dari berkembangnya posko lebaran atau posko arus mudik. Pun kelembagaan yang mengelola sangatlah beragam, mulai tingkat komunitas, lembaga penyiaran (baik cetak maupun elektronik), sampai dengan pemerintah daerah/SKPD teknis. Salah satunya adalah Posko Bantuan Komunikasi RAPI Lokal Sukun yang ada di Jl S Supriadi Kel Bandungrejosari Kota Malang. Terlepas dari keberadaan Posko Posko Bantuan arus mudik dan Lebaran atau dengan nama lainnya, semuanya tak lepas dari keberadaan informasi dan akses dalam menggunakan informasi oleh masyarakat (sebagai penikmat langsung). 
Bukan bermaksud untuk mempengaruhi rasa sosial dari berbagai elemen dan komunitas yang ada. Tetapi mari kita lihat bersama sejauh mana informasi yang tersedia dan bagaimana mempergunakan informasi bagi masyarakat agar sesuai dengan kebutuhannya. 
Dari pengamatan sepintas keberadaan posko mudik lebaran memang sangat berguna, khususnya membantu jajaran ataupun pengguna radio komunikasi dalam perjalanan menuju gerbang luar Kota Malang ataupun saat perjalanan memantau kemacetan dan bantuan komunikasi saat terjadi kecelakaan. Namun apa yang ada di posko dan kesiapan personel memang belum maksimal. Beberapa diantaranya adalah : 
1. Informasi apa saja yang tersedia di Posko 
2. Apakah seluruh personil yang ada mempunyai kemampuan menginformasi semua kebutuhan informasi dari masyarakat/pengguna, 
3. Media apa saja yang dapat membantu penyampaian informasi pada pengguna, 
4. Apakah tersedia akomodasi dan alat transportasi dalam pengelolaan dan penyebarluasan informasi, 
5. Apakah tersedia infrastruktur pada kelembagaan posko. 
Mengembangkan gambaran dan beberapa pertanyaan diatas pada keberadaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) BIJAK, sangatlah jauh api dari arang. Atau dengan kata lain, tidak mungkin dilaksanakan. 
Terpulang pada pola pembinaan KIM oleh Diskominfo Kota Malang, pengelolaan informasi terbagi pada 3 (tiga) bidang yakni bidang Pengumpulan Informasi, bidang Pengelolaan informasi dan bidang Penyebaran Informasi. Dari sinilah masalah itu mulai dikembangkan. 
Ketiga bidang pada pengelolaan informasi bermula pada pengembangan infrastruktur dasar, yakni adanya infrastruktur pengelolaan informasi yang setidaknya ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara di atas ketiga bidang di atas. 
Ketua, Sekretaris dan Bendahara adalah tim inti pada menajemen pengelolaan, yang akan diopersionalkan oleh Bidang pengumpulan informasi, Bidang pengelolaan informasi dan Bidang penyebarluasan informasi. Keberadaan tim inti tidak lepas dari adanya rencana kerja dan anggaran yang akan mensupport kegiatan pengelolaan informasi. Dimana setelah perencanaan kegiatan dan hasil/out put kegiatan diperoleh dan di agendakan, kemudian akan dijalankan oleh ketiga bidang opersional dengan dibantu oleh media informasi yang akan disesuaikan dengan pengguna. 
Bidang pengumpulan informasi akan mengidentifikasi kebutuhan kemudian bersama dengan sumber informasi akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya bahan mentah informasi. Mulai dari tujuan posko yang akan dicari dari kelembagaan sampai dengan Pemerintah Daerah Kota Malang. Kemudian dari semua informasi yang terkumpul akan dibahas oleh bidang pengelolaan informasi guna memperoleh informasi apa sajakah yang akan dipergunakan dengan mempertimbangkan media komunikasi yang ada dan kemudahan akses. 
Bahasan terakhir adalah bidang penyebarluasan informasi, yang akan diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut : 
a. Kualifikasi agen informasi sesuai dengan informasi yang akan disampaikan, 
b. Media apa sajakah yang akan dipergunakan, sarana dan prasarana, serta tempat,   
c. Jadual kegiatan dan  anggaran kegiatan yang dibahas final bersama tim manajemen. 
Dari gambaran di atas sudah dapat tergambarkan betapa tidak mudahnya mengelola informasi. Bisa juga kita membayangkan hitungan anggaran yang akan terjadi dengan cakupan dan luasan posko bantuan komunikasi dengan 20 personil. Apalagi tidak ada sinergi dengan berbagai pihak, terkait capaian, motivasi dan anggaran. Untuk itu patutlah disadari bila pada pelaksanaan 7 hari kegiatan jumlah personil dan keberadaan posko mengalami penurunan atau bahkan sepi hanya tampak tenda sponsor dan tulisan "POSKO ARUS MUDIK". 
Saran dari pendapat saudar sangat kami harapkan, baik berupa tulisan (dikirim via email monoari8@gmail.com ; kim.bdrejosari@gmail.com atau kelbandungrejosari@yahoo.co.id) atau telp. 087859488343; 0341 7616452; 0341 801852 dan jangan lupa menyebutkan idetitas agar mudah ditindaklanjuti. 


Share:

Pengunjung

Hallo Bandungrejosari

Hippam News

Kalimat BIJAK

Untuk sukses, Anda harus menemukan sesuatu sebagai pegangan, sesuatu untuk memotivasi Anda, sesuatu untuk menginspirasi Anda.

Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan, Anda akan sukses.

Definition List

3R
3R singkatan dari reuse, reduce, dan recycle.
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Recycle berarti mengolah kembali (mendaur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.

ADINDA
Adinda singkatan dari :
Akses informasi
Diskusi
Implementasi
Networkling
Diseminasi informasi
Aspirasi


Pengikut

Theme Support