Sebelum itu semua berjalan, beberapa teman mengingatkan tentang kepemimpinan. Kepemimpinan model apa yang akan mengawal anggaran agar tidak berpotensi korupsi, dan punya nilai moral dalam konteks membangun kembali karakter bangsa. Pas juga dengan inisiatif bincang-bincang malam dengan beberapa teman sepuh saat berdiskusi ria menyongsong tahun anggaran baru dan menyongsong Pemilu kada Kota Malang. Yang masing-masing punya pola kesamaan dalam mengejawantahkan memilih pemimpin dan pola kepemimpinan. dan berujung pada kesamaan visi OJO DUMEH.
Pas lagi browsing, tetangga sebelah mengingatkan bahasan yang sama dalam menyongsong tahun baru 2013. Mari kita simak:
Ia bertutur dengan seorang petani tua di kaki gunung dipelosok sebuah desa .....Namun yang menarik, petani yang sudah renta itu, bertutur tentang cerita Babad Tanah Jawi, sampai berujung pada pembicaraan Zaman Wironoto. Sebuah era emas, dimana pemimpin yang akan muncul untuk menyongsong kebangkitan nusantara, adalah zaman pemimpin yang memiliki sikap, sifat dan kebijaksanaan yang Wiro'i (menjaga).
Setiap ucapnya menjadi sabdo pandhito ratu. Secara seksama, apa yang dituturkan diikuti dan diterima dengan ketaatan. Sebuah sosok yang berlawanan dengan sifat-sikap pemimpin nasional saat ini.
Wiro, dalam konteks tasawuf adalah Wiro'i. Sikap Waro' sikap adab seorang abdun (hamba) yang menjaga gerak- pandang-konsumsi hingga syahwat biologisnya selalu dalam tuntunan jalan Ilahiyah (ketuhanan). Noto, menata, ditafsirkan seorang pemimpin yang bakal menata nusantara dengan baik.
Jadi menurut petani renta itu, akan muncul seorang pemimpin yang mampu menata nusantara dengan sifat waro' nya.
Ia pun melanjutkan ... Tuntu kita prihatin. Di saat Indonesia diharapkan menyambut era golden gate-pambukaning gapuro, posisi elite politik nasional menampilkan wajah kemunafikan massif, demoralisasi terjadi secara massif dan "ketiadaan" penguasa yang kuat semakin terasa. Keadaannya sama seperti ketiadaan nya. Atau mungkin ini fase yang mesti kita lewati sebagai bangsa, fase reresik (pembersihan-pemurnian).
Sudah saatnya, rakyat banyak kembali merebut kedaulatan sejatinya, bukan saja menonton dan menggunjing perilaku elite palsu yang bercokol dan terus merampok.
Rakyat butuh pemimpin yang mampu menggerakkan dengan modal gotong royong menyongsong perubahan lebih baik.
Semoga 2013, segera muncul pemimpin nasional yang memiliki sifat Waro' dalam "Noto" negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan pemimpin yang menjajakan pernik artifisial, minus modal moral dan kemunafikan.
Rakyat butuh pemimpin yang mampu menggerakkan dengan modal gotong royong menyongsong perubahan lebih baik.
Semoga 2013, segera muncul pemimpin nasional yang memiliki sifat Waro' dalam "Noto" negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan pemimpin yang menjajakan pernik artifisial, minus modal moral dan kemunafikan.
disarikan dari tulisan M Danial Nafis.
0 komentar:
Posting Komentar